Enjoy, Garut!
Rencana liburan ke Garut
akhirnya terlaksana juga. Setelah googling
kesana-kesini nyari info tempat apa yang bisa dikunjungi di Garut,
tersusunlah itenary untuk 3 hari 2
malam. Bikin itenary ini juga
dadakan, bikin pagi lalu kita berangkat malam harinya.
Akhirnya
berangkatlah kami berdua, hari Jumat malam tgl. 21 September 2012. Menunggu si
mas pulang kerja, jam 19.00 kami menuju ke terminal Lebak Bulus. Sampai di
terminal Lebak Bulus masih jam 19.30-an, kami pikir masih sore banget takutnya
sampai Garut sekitar tengah malam. Lalu kita makan malam dulu, makan Padang di
sekitar terminal yang harganya mahal beneeerrr.
Harga 1 porsi nasi pakai ayam bakar dipatok 19 ribu rupiah. Selesai makan,
kami putuskan untuk berangkat saja. Seperti biasa, sebelum perjalanan jauh kami
menuntaskan hajat-hajat “kecil” karena di bis gak ada toilet. Nah, yang bikin JEDANG JEDANG bayar toiletnya dong,
per orang 2ribu rupiah. Ya Tuhaaaaann, mau naik haji nih kek nya si abang yang
jaga. Dengan masih gondok, naiklah kita ke bis Primajasa tujuan Lebak Bulus
Garut, kena tarif 35 ribu/orang. Sepanjang perjalanan kami tidur, dan untungnya
si mas kebangun pas udah sampai di Cipanas. Jadi, berdasarkan info yang saya
dapat dari beberapa blog, kalau mau ke Cipanas dari Jakarta itu turun bis nya
di terminal Guntur lalu nyambung angkot untuk ke Cipanas. Ternyata, Cipanas itu
dilewati sama bis Primajasa, jadi ngapain jauh-jauh ke terminal kalau begitu.
Lalu
kami turun di pertigaan Cipanas, karena memang kami berencana menginap di
Cipanas. Liat jam ternyata masih jam 00.30. Waduh, padahal perkiraan kami akan
sampai sebelum subuh, jadi gak nginep gitu maksudnya. Karena masih jam 00.30,
ya mau gak mau harus nginep kan, kalo engga mau nangkring dimana, secara liat
sekeliling sepinya ampun-ampunan. (ini juga penyebab kami over budget salah satunya). Turun dari bis, kami disambut ojek,
setelah tawar-menawar kami pakai 2 ojek dengan tarif 15ribu/ojek dan diantar
sampai kami dapat hotel. Bayangkan, naik ojek tengah malam, gak pake jaket
pula, dingiiiinnnn banget. Sepanjang jalan, saya usaha nanya-nanya ke abang
ojek, apakah di Garut ada penyewaan motor? Kata abangnya sih, dia gak tau. Saya
nanya lagi, kalo saya pinjem motor abangnya boleh gak? Eh dia gak mau. Hahaha,
mungkin dia takut motornya gak saya kembaliin. Padahal mau sewa motor biar
ngirit gitu. Ya sudahlah.. Setelah sampai di Cipanas atas, kami ditawari
“hotel” yang menurut saya sih itu kamarnya yang jaga, karena bentuknya kaya
kos-kosan. Pengap, jorok, dan jadi agak geli ngeliat spreinya, pas nanya
tarifnya berapa kata si abang 120ribu. Hmm, gak jadi lah kami, terus nyari lagi
di depannya. Ada hotel namanya Giga Inn, pas ngeliat kamarnya bersih, lumayan
luas, ada tivi, tempat berendam. Akhirnya kami memutuskan nginep disitu aja,
tariff nya kena 110ribu malam itu, karena dihitungnya kami sampai udah tengah
malam. Kalau weekend tarif nya
245ribu. Setelah bayar-bayar ojek dan administrasi hotel, tidurlah kami.
Pagi
harinya, tgl. 22 September 2012, kami berencana untuk nyari sarapan dan pergi
berenang. Ternyata di depan hotel sudah ada bapak-bapak yang jual nasi kuning,
kami sarapan dulu disitu. Lumayan enak, porsinya banyak, harganya Cuma
6ribu/porsi. Setelah sarapan, kita pergi berenang, sesuai itenary kami berenang di Hotel Tirtagangga yang banyak
direkomendasi orang-orang. Tiket masuknya 25ribu/orang, fasilitasnya ada kolam
renang air hangat (yang menurut saya sih itu panas), kolam rendam terapi untuk
menyembuhkan penyakit-penyakit (katanya) dan kolam rendam pribadi (yang apabila
kita berendam disitu max. 15 menit aja, kalo ngga kita bisa pingsan). Tempatnya
bersih di Tirtagangga, dan pas kami datang masih sepi (sekitar jam 08.00 waktu
itu). enak sih berenang air hangat, tapi jujur kalau saya sendiri lebih nyaman
pakai air dingin ajah. Hehehe.. kalau di tempat kolam terapi, malah lebih parah
lagi panasnya, bahkan untuk nyelupin kaki 1 menit aja, saya ngga tahan. Setelah
selesai berenang sekitar jam 09.30-an, kami kembali ke hotel.
Sebelum
kembali ke hotel, kami berdua iseng pengen nyari-nyari hotel lagi karena pengen
pindah. Setelah keluar masuk hotel di sekitaran Tirtagangga ini, kami
memutuskan untuk tetap stay di hotel
yang lama aja. Rencana berikutnya adalah ke Situ Bagendit. Dari Cipanas ke Situ
Bagendit kami naik angkot 04 (warna coklat muda) turun di alun-alun Tarogong
(bayar angkotnya 4ribu/orang), dari alun-alun kami lanjut naik delman sampai
STM (bayarnya 3ribu/orang), dari STM kami nyambung lagi angkot warna oranye
(lupa nomer berapa dan bayarnya 3ribu/orang). Perjalananannya kurang lebih 1
jam-an lah. Ada cerita lucu waktu di angkot, karena kami berdua bener-bener
buta Garut, jadi modal kita adalah nanya sama orang-orang sepanjang jalan.
Karena berasa gak nyampe-nyampe Situ Bagendit, si mas nanya sama si mba di
sebelahnya. Kira-kira gini percakapannya :
Mas Rendi : “teh, kalau mau ke Situ
Bagendit masih jauh ya?”
Teteh : “masih…” (ekspresinya datar)..
beberapa detik kemudian.. “mau ke Situ?”
Mas Rendi : “iyah..” (ekspresinya
girang)
Teteh : “nanti keliatan kok”.. (buang muka)
Jujur saya sama si mas
bertanya-tanya, kok begitu amat sih si Teteh. Kata si mas, mungkin menurut si
Teteh aneh banget kita mau main ke Situ Bagendit. Sampai akhirnya pas kita
sampai..JENGNENET JENGNENET!! Terjawab sudah kenapa tadi si Teteh ngasih muka
aneh ke kita. Ternyata Situ Bagendit ini nggak seperti yang diceritain
orang-orang. Faktanya, tempatnya sepi, kotor, ngga terawat dan airnya surut
mennn.. Kami memutuskan untuk ngga masuk, karena sayang juga bayar 5ribu tapi
ngga ada yang bisa dilihat. Akhirnya kami duduk-duduk cantik di abang kelapa
muda depan Situ Bagendit sambil googling kita
mau kemana. Batal-lah itenary yang
udah dibuat. Kami memutuskan mau ke jalan Otista aja. Karena (katanya) di
daerah Otista banyak makanan, jajanan, dan tempat beli oleh-oleh.
Chocodot's icon |
Jam
menunjukkan pukul 14.00, kami naik angkot menuju terminal Guntur. Dan karena
ngga tau jalan Otista itu dimana, kami nanya sama petugas di terminal,
disarankan naik angkot warna abu-abu, feeling
saya ini angkot kok jalannya jauh banget. Buka GPS, ternyata jalan Otista
itu deket sama Cipanas, dan kami salah naik angkot saudara-saudaraaa. Yasudah,
kami turun dan (baiklah) mari kita percaya pada GPS. Untuk balik ke Otista
harusnya naik angkot 04 itu tadi. Karena belum makan siang, kami makan Padang
lagi deket pertigaan Cipanas, sembari makan sembari googling dimana tempat Chocodot yang asli (counter resminya)
berada. Setelah nyari-nyari, tempatnya namanya “d’Jieun” di jalan Otista no.2.
Kalau dari pertigaan Cipanas, kita bisa naik angkot warna hijau muda dan turun
di pom bensin. Disitulah tempatnya. Agenda kami berikutnya adalah belanja
oleh-oleh, dan yaa selayaknya wanita saya kalap ketika berbelanja. Di tempat
ini saya bilang oke banget. Kenapa, karena mba-mas yang melayani sangat sigap,
ramah, dan ngga membiarkan saya bengong ketika melihat produk yang menurut saya
aneh. Hahahahaa.. Setelah puas belanja kami duduk-duduk dulu di ayunan depan,
sambil menikmati sore. (kapan lagi bisa menghirup udara sejuk). Ini beberapa foto yang diambil di tempat Chocodot :
with chocodot's icon |
Kalo udah ngeliat yang kaya begini, yakin mau diet? |
di salah satu meja tempat kami dinner *malu* |
Puas
berbelanja, kami memutuskan pulang ke hotel, udah mau magrib juga. Sampai hotel
beberes, mandi, lalu siap-siap dinner. Karena
sorenya, saya ngeliat ada Pujasega, yang katanya orang-orang tempatnya
romantis. Berangkatlah kami ke Pujasega setelah magrib, naik angkot 04 turun di
pertigaan Cipanas, lalu jalan kaki sebentar. Pas sampai ternyata bener.
Tempatnya seru, ada saung untuk lesehan, payung-payung untuk yang gak lesehan,
ada yang indoor juga. Kami pesan
makanannya kalap juga disini. Dan saudara-saudara makanan yang kami pesan,
enakkkkk banget. Ada gulai tutut, nasi liwet, bandrek, dan wedang jahe. ENAK
BANGET! Gak nyesel, walopun harganya agak mahal range 35ribu++ lah.. Kami selesai makan jam 20.00-an dan bergegas
pulang ke hotel, karena menurut informasi angkot 04 itu terakhir jam 21.00
walaupun malem minggu juga, gak ngaruh.
Sampai
di hotel, karena masih sore kami memutuskan untuk jalan-jalan dulu di sekitaran
hotel. Kebetulan deket Kampung Sumber Alam, yang pada malam itu rame banget.
Penasaran, kami masuk, dan lihat-lihat hotelnya. Bagus banget hotelnya,
konsepnya seru, natural. Tapi harganya, yaaa begitulah.. belum mampu kayaknya
saya kalo sekarang. Mungkin suatu saat yaa, aammiiinnnn.
Minggu
pagi, seperti kemarin kami sarapan sekitar hotel. Si mas sarapan bubur ayam
harganya 6ribu/porsi dan saya sarapan nasi kuning harganya 8ribu/porsi. Habis
makan jajan es goyobod dulu di depan hotel. Karena udah puas jalan-jalan, kami
balik ke hotel dan beberes barang-barang untuk pulang ke Jakarta. Kami keluar
hotel sekitar jam 11.00, setelah pamit dan menyelesaikan administrasi kami naik
angkot 04 ke pertigaan Cipanas. Karena mau beli oleh-oleh yang ketinggalan di list. Beli sandal kulit, yang menurut
saya bagus si kualitasnya dan harganya sekitar 60ribu-an. Lumayanlah.. Puas
belanja oleh-oleh, sekarang saatnya pulang. Sebenernya bisa naik bis Primajasa
tujuan Garut-Lebak Bulus dari sepanjang jalan Otista itu, tapi kami pikir,
pasti udah penuh (apalagi hari Minggu). Kami naik 04 sampai terminal Guntur.
Sampai terminal sudah tersedia banyak bis Primajasa tujuan Jakarta. Kami sampai
Jakarta sekitar jam 16.00, perjalanannya lancar, alhamdulilah..
Dan,
selesai sudah acara berlibur ke Garut ini. Kesannya, kotanya seru, walaupun
sepi ya.. Untuk orang seperti kami yang suka eksplore tempat wisata sampai malam hari, jadi agak terbatas dan
terkendala karena angkotnya cuma sampai jam 21.00. Tapi overall, kalau suatu saat kembali ke Garut satu yang diperbaiki
dari rencana liburan ini adalah meminimalisir pengeluaran di angkot. Kalau
dihitung-hitung, jatuhnya mahal benerrrr.. Saya juga berharap, objek-objek
wisatanya dapat dijaga, kaya Situ Bagendit tuh. Kan sayang dibiarin gak
terawat, udah jauh-jauh dateng kesana ternyata begitu. Semoga pemerintah Garut
bisa mengelola asetnya dengan baik ya. Aammiinn J.
Last but not least, I’ll see you on
our next trip.
Cheers.
-siel-
Leave a Comment